
Bulan suci Ramadan senantiasa bermakna relijius-spiritual bagi Orang Jawa. Tak sebatas sebagai ibadah keagamaan, tapi lebih jauh bulan penuh rahmat tersebut menjadi sarana untuk mengingat leluhur dan menyucikan diri. meskipun jaman sudah berubah, tehnologi semakin maju, tetapi kami, orang Jawa masih kental dengan berbagai tradisi .
Di Bangilan tradisi nisfu sya’ban disebut “Beratan”. Rangkaian adat Beratan bukanlah sekadar tradisi makan ketupat bersama, akan tetapi juga bersama-sama melakukan selamatan selepas magrib yang sebelumnya membaca surat yasin 3x. dengan hidangan ketupan dan sayurnya di mushola – mushola. Hal ini ditujukan untuk mendoakan arwah saudara dan kerabat yang telah meninggal, dan sekaligus minta maaf antar warga. Usai membaca yasin 3x bersama, ketupan dan sayurnya dimakan bersama jamaah dan dibagikan ke keluarga serta tetangga yang berhalangan datang. Acara “kupatan” ini berbeda saat kupatan pada lebaran ke 7 yang dilakukan sesaat setelah sholat subuh.

Setelah acara beratan, artinya setengah bulan lagi tibalah bulan Romadlon. Waktu bagi umat Islam menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Namun sebagian dari kita seringkali melalaikan berapa hari puasa Romadlon kemarin karena situasi tertentu. Bahkan banyak yang lupa punya ‘hutang puasa’. Padahal kita harus menggantinya pada hari yang lain. Masih ada waktu 15 hari sebelum bulan Romadlon tiba.
Selamat menjelang Malam Nisfi Say’ban… Saatnya meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita. Semoga usia kita disampaikan pada bulan Romadhan dan medapatkan Lailatul Muborokah yang berujung pada Li Ridho Illah.
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah (umur) kami kepada bulan Ramadhan.”