
Jum’at, 06/08/2021 Sobat Bangilan kembali mengadakan kegiatan “Jum’at Silaturahmi, Belajar Peduli”. Kali ini Sobat Bangilan bersilaturami di dusun Bate Kidul desa Bate Kecamatan Bangilan. Sobat Bangilan bersilaturahmi kepada lima keluarga disusun tersebut. Ke lima keluarga tersebut adalah anak Vino/Vika, mbak Sami, mbah Mi Kopok, mbah Tun dan mbah Rasemi.
Hampir semua keluarga yang kita datangi kondisinya cukup memprihatinkan, sebut saja anak Vino (umur 5 tahun) dan Vika (Umur 3 tahun), anak seusia mereka sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Setelah 100 hari Ayah mereka meninggal kemudian Ibunya menyusul meninggal pada awal bulan Juli kemarin, sehingga kedua anak tersebut yatim piatu dan dirawat oleh neneknya. Neneknya sendiri tinggal dirumah yang terpisah dan hidup sebagai buruh tani.

Lain lagi dengan cerita mbak Sami, perempuan berusia 35 tahun ini orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan sebatang kara. Menurut keponakannya, beliau menjadi seperti itu sejak ditinggal orang yang dicintainya. Kesehariannya beliau tinggal sendirian dirumahnya dan suplay makanan dari yang merawatnya. Keseharian beliay termasuk orang yang rajin, ketika kami kesana beliau sedang menyapu halaman dan cukup bisa kami ajak komunikasi, cuma menurut tetangganya, beliau akan mengamuk jika lapar.

Kejadian yang paling menyayat hati adalah ketika kami berkunjung ke mbah Mi Kopok, sebutan kopok beliau memang Tunarungu. meski demikian beliau sosok yang enak diajak komunikasi, meskipun harus menggunakan bahasa isyarat. Ketika kami datang dan berkunjung kerumah beliau, satu persatu anggota perempuan dipeluk erat, sedangkan yang laki-laki di pijati tanga dan ditepuk pundaknya. Bahkan ketika kami akan berpamitan pulang, beliau akan ikut kami, mengantar kami kedepan gang, padahal jalan menuju rumahnya cukup sulit karena melewati “tritisan” tetangga yang banyak bebatuan. Menurut informasi tetangga, beliau membujang selama hidupnya, sehingga dimasa tuanya sekarang beliau hidup seorang diri.

Sementara mbah Tun dan Mbah Supi adalah nenek yang tinggal bersama anak atau cucunya, sehingga mereka sedikit banyak masih ada keluarga yang merawat dan diajak berinteraksi. Namun begitu, kedatangan kami disambut dengan wajah yang berseri – seri dengan senyum mengemang bahkan ketika kami membuka pembicaraan, beliau menjawabnya dengan semangatnya dan banyak cerita yang disampaikan, sehingga waktu yang singkat itu semakin cepat terasa karena asyiknya kami mengobrol.

Sebenarnya apa yang kita bawa untuk bersilaturahmi dengan mereka tidaklah bisa memenuhi kebutuhannya, tapi setidaknya bisa sedikit menghibur dan meringankan beban mereka, memang saat ini hanya itulah yang kami bisa. Dan berharap aksi aksi serupa bisa menginspirasi yang lain sehingga akan cukup membantu dan meringankan beban hidup mereka, setidaknya bisa membantu menguatkan semangat dan optimisme beliau dalam menjalani takdir Tuhan.

Ada satu hal lagi yang berbeda pada kegiatan sore tadi, Yossi anak yg dikenal ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) ikut kegiatan bersama kami. Dia terlihat bahagia bersama kami bahkan bersedia mengendorse produk minuman kekinian “Terlanjur Rindu” yg ada di desa Bate punya mas Candra Setyawan yang menjamu kami saat kegiatan usai.
Dengan ini kami berharap dia bisa memperlihatkan bakat dan potensinya, karena dia juga memiliki hak yang sama dengan orang normal lainnya…
(Kins)