Warga Bangilan Adakan Ritual Tolak Bala Korona

Tokoh Agama memberikan ceramah sebelum do’a dibacakan saat Ritual Tolak Bala’ didesa Bangilan

Budaya masyarakat Indonesia, terutama di lingkungan pedesaan, memiliki tradisi sebagai cerminan budaya dan kearifan lokal dalam menghadapi situasi normal maupun darurat, seperti melawan virus corona COVID-19 yang sedang terjadi, tradisi itu disebut Tolak Bala’.

Ritual Tolak Bala ini diselenggarakan atas inisiatif dan swadaya masyarakat yang merupakan bagian dari upaya pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan, Sesama Manusia dan Alam. Dengan ritual melalui penyampaian do’a kepada Tuhan, agar terhindar dari malapetaka.

Ritual Tolak Bala’ didusun Banjarwaru, desa Banjarworo

Seperti yang dilakukan warga Kecamatan Bangilan ini adalah bagian dari ikhtiar mengusir pandemi Covid-19. Beberapa hari ini, warga sibuk menggelar ritual adat di perempatan jalan kampung setempat. Harapannya, wabah virus korona tidak hanya menjauh dari desanya, namun juga di seluruh tanah air.

Ritual Tolak Bala’ didesa Weden

Pada hajatan tersebut, belasan wanita dusun setempat memasak sendiri sajian yang kental dengan nuansa adat Jawa untuk mengusir pagebluk. Di antaranya, tumpeng dengan beragam lauk dan aneka urapan. Setelah semua siap, sekitar pukul 16.30 atau menjelang magrib seluruh sajian tersebut ditempatkan di tengah perempatan jalan yang digelari terpal.

Ritual Tolak Bala’ didusun Mundri, Desa Sidodadi

Tumpeng yang merupakan sajian utamanya ditempatkan di tengah. Sedangkan sajian lain mengelilinginya. Ritual tersebut dimulai dengan doa yang dipimpin tokoh agaman setempat. Setelah itu, warga yang hadir menyantap sajian tersebut, dan membawa pulang sisanya.

Ritual Tolak Bala’ didesa Weden

Menghilangkan Sengkolo atau tolak bala ini merupakan wujud keprihatinan warga akan masa Pandemi covid-19 yang sudah setahun setengah lebih menghantui, sehingga menyebabkan ekonomi terkoyak. Dan sengaja bancaan dilakukan di bulan Juli, atau dalam tanggalan islam bulan Dzulhijah (Bulan Besar) yang dipercaya warga banyak keberkahan dan kebaikan agar terlaksana.

Ritual Tolak Bala’ didusun Santren, Banjarworo langsung ada di dua tempat yang berdekatan

Meskipun dalam suasana saaat ini dengan aktifitas terbatas, ekonomi yang sulit, tapi warga masih antusias melakukan kegiatan ini. Dari kegiatan ini, kita dapat mengenali, bahwa masyarakat kita, hidup di tengah berbagai simbol dan ekspresi yang juga merupakan sebagai wujud spiritual. Terutama berkaitan dengan menjaga harmoni relasi manusia denganTuhan, sesama manusia, dan  alam. (adm)

admin

Belajar Peduli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Belajar Lawan Covid dari Tanzania

Ming Jul 18 , 2021
“berdoa yang banyak, maka covid akan hilang”“jangan jauhi masjid, perbanyaklah berjamaah agar kuat. Virus ini adalah buatan manusia. Mendekat pada Allah akan mengalahkannya” Kalimat-kalimat tersebut terdengar familiar ya? Sebagian masyarakat kita masih ada yang seperti itu. Bahkan para ulamanya (yang tak percaya covid) pun tak kalah suara, lebih ngeri lagi […]