Sobat Bangilan Berpartisipasi Ikut Menyukseskan Vaksin

Mbak Erna Saat Melakukan Vaksin

Saat ini ramai dibicarakan vaksin corona. Harapan semua orang vaksin bisa mengembalikan hidup masyarakat dunia seperti tahun sebelum corona hadir. Kita bisa menikmati oksigen pemberian Tuhan tanpa perlu menutup hidung dengan masker, tidak perlu bertanya kita tengah berhadapan dengan siapa? Apakah yang kita ajak bicara marah, atau tengah tersenyum karena terhalang masker, tidak perlu ditusuk jarum untuk rapid tes, tidak perlu keluar air mata karena hidung di colok untuk swab antigen, ditambah lagi tenggorokan juga harus diulik untuk test PCR. Semua hal aneh yang tidak pernah kita temui sebelumnya.

Disamping meja kerja ada hand sanitizer begitu juga dimeja ruang tamu, meja makan, tas, dompet, di mobil, tak satupun tempat kita memalingkan wajah tidak bertemu dengan hand sanitizer. Seolah cairan bening antiseptik tersebut telah menjadi jimat yang bisa memanjangkan umur karena dipercaya bisa membunuh virus yang menempel di tangan.

Hampir semua kepala negara dan pejabat penting telah divaksin. Pro kontra terkait itu juga menjadi headline news, tapi dialam demokrasi pro dan kontra adalah hal yang lumrah, masing-masing orang boleh memutuskan apakah mereka bersedia di vaksin atau tidak.

Bagi yang sudah terpapar covid tentu saja vaksin bukan lagi menjadi kebutuhan. Tapi mereka yang belum sama sekali mungkin harus mempertimbangkan untuk mengambil langkah itu, karena toh MUI juga sudah mengeluarkan fatwa halal untuk vaksin.

Vaksin Bukan Hal Baru

Saat Mendaftar Vaksin

Di awal tahun pertama usia anak-anak kita juga harus menjalani pemberian bermacam-macam vaksin. Dan tentunya kita pasti lengkap vaksinnya waktu kecil dulu.

Saya ingat salah seorang paman yang pemikirannya konvensional, beliau akan memarahi saya jika beliau tiba dirumah dan mendapati saya kewalahan mengurus anak saya yang demam karena effek vaksin “anak sehat, sengaja dikasih sakit, sebenarnya kamu sayang anak atau menyiksanya?” Kata beliau protes.

Sebagai orang tua tentu kami hanya menginginkan yang terbaik buat anak kami, memang kesannya lucu karena anak yang sehat dan riang, menjadi demam dan rewel setelah di vaksin tapi kami berharap dengan divaksin tersebut mereka bisa melewati kehidupannya tanpa dihinggapi penyakit. Upaya mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati bukan?

Sedikit demam dan rewel mungkin bisa membayar kecemasan panjang ketika mereka melewatkan vaksin dan tertular virusnya disaat besar.

Itu harapan semua orang tua, sama seperti harapan besar masyarakat dunia terhadap vaksin corona. Mencegah selalu jauh lebih baik dari pada mengobati. Karena covid ini nyata, dan terpapar virusnya bukan satu hal yang menyenangkan. Beberapa teman saya yang tidak memiliki penyakit penyerta merasakan gejala sakit yang luar biasa, terbayang bagaimana mereka yang rentan dan memiliki penyakit penyerta.

Yang pasti do’a panjang harus kita langitkan, agar kiranya pandemi ini segera lenyap dan tidak ada lagi yang terpapar karenanya, apalagi dengan alasan sepele, tidak percaya bahwa corona itu ada. (Ansov)

admin

Belajar Peduli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Jum'at SIlaturahmi, Belajar Peduli, Desa Klakeh

Jum Jun 18 , 2021
Jum’at, 18/06/2021 Kembali Sobat Bangilan mengadakan kegiatan “Jum’at Silaturahmi, Belajar Peduli”. Kali ini keluarga Sobat Bangilan bersilaturami kepada sembilan keluarga desa Klakeh kecamatan Bangilan. Ke sembilan keluarga tersebut adalah mbah Kasri, mbah Pahing, mbah Suyatmi, mbah Gathe, mbah Kami, mbah Supardi, mbah Sukimah, mbah Aman dan mbah Simah. Hampir semua […]

Mungkin Anda Tertarik